Biografi Umar bin Khaththab RA

Written By Admin on Sabtu, 20 September 2014 | 00.10

Suka artikel? Klik tombol di samping..


Umar bin Khaththab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga menjadi khalifah kedua (634-644 H) dari empat Khalifah ar-Rasyidin.

Nama lengkapnya Umar bin Khaththab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khatthab bin Nufail al-Shimh al-Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar bin Khaththab memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil.

Keluarga Umar bin Khaththab tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar bin Khaththab juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar bin Khaththab mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang dia katakan sendiri, “Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku”.

Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar bin Khaththab suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh khamar sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad saw., Umar bin Khaththab mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum. Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar bin Khaththab adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.

Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, Umar bin Khaththab berketetapan hati untuk membunuh Nabi Muhammad saw. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu’aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar bin Khaththab terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.

Di rumah Umar bin Khaththab menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an, ia menjadi marah akan hal tersebut dan hendak memukul saudaranya, adiknya Fathimah berusaha mencegatnya sehingga pukulan Umar bin Khaththab mengenai adiknya sehingga berdarah. Ketika melihat saudarinya berdarah, ia merasa iba, kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur’an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.

Kehidupan di Madinah

Umar bin Khaththab adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat yang paling utama setalah Abu bakar ash-Shiddiq. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) dinikahi oleh Nabi Muhammad saw.

Kematian Nabi Muhammad saw.

Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad saw. wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah.Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar bin Khaththab yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam jasadnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M. Husain Haikal)

Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, ketika mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar bin Khaththab sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan. Setelah melihat jasad Rasulullah saw, Abu bakar ra. Berkata, “Saudara-saudara! Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa yang menyembah Allah, Allah hidup tak pernah mati.”

Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur’an :

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran ayat 144)

Umar bin Khaththab akhirnya sadar, Rasulullah saw. telah kembali ke sisi Allah swt.

Masa kekhalifahan Abu Bakar

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khaththab merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, beliau menunjuk Umar bin Khaththab untuk menggantikannya menjadi khalifah.

Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar bin Khaththab, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adidaya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada zaman Umar bin Khaththab.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar bin Khaththab diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar bin Khaththab memilih untuk salat di tempat lain agar tidak terjadi salah paham di kalangan umat islam. 55 tahun kemudian, Masjid Umar bin Khaththab didirikan ditempat ia salat.

Umar bin Khaththab melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar bin Khaththab dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar bin Khaththab mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam dimulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Wafat Umar bin Khaththab bin Khaththab

Umar bin Khaththab bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang majusi setelah Persia ditaklukkan Umar bin Khaththab. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar bin Khaththab. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar bin Khaththab. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Semasa Umar bin Khaththab masih hidup ia meninggalkan wasiat yaitu:
  1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
  2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.
  4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
  5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Artikel menarik lain:

0 komentar:

Posting Komentar