Khadijah binti Khuwailid merupakan isteri pertama Rasulullah
saw. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza
bin Qushai. Khadijah binti Khuwailid al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid
bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku
Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun.
Kelahiran & Kehidupan Keluarga
Khadijah binti Khuwailid berasal dari golongan pembesar
Mekkah. Menikah dengan Rasulullah saw, ketika berumur 40 tahun, manakala Rasulullah
saw berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40
tahun, hanya sedikit lebih tua dari Nabi Rasulullah saw. Khadijah binti
Khuwailid merupakan wanita kaya dan terkenal. Khadijah binti Khuwailid bisa
hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan melimpah, Khadijah
binti Khuwailid merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami, karena suami
pertama dan keduanya telah meninggal. Beberapa sumber menyangkal bahwa Khadijah
binti Khuwailid pernah menikah sebelum bertemu Nabi Rasulullah saw.
Pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan ia
pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal. Ia berkata, “Tadi malam aku
bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota
Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku
terus memperhatikannya untuk melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan
memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku
terbangun dari tidurku". Waraqah mengatakan, “Aku sampaikan berita gembira
kepadamu, bahawa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia
memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat.”
Tak lama kemudian Khadijah binti Khuwailid ditakdirkan menjadi isteri Rasulullah
saw.
Ketika Rasulullah saw masih muda dan dikenal sebagai pemuda
yang lurus dan jujur sehingga mendapat julukan Al-Amin, telah diperkenankan
untuk ikut menjualkan barang dagangan Khadijah binti Khuwailid. Hal yang lebih
banyak menarik perhatian Khadijah binti Khuwailid adalah kemuliaan jiwa Rasulullah
saw. Khadijah binti Khuwailid-lah yang lebih dahulu mengajukan permohonan untuk
meminang Rasulullah saw, yang pada saat itu bangsa Arab jahiliyah memiliki
adat, pantang bagi seorang wanita untuk meminang pria dan semua itu terjadi
dengan adanya usaha orang ketiga, yaitu Nafisah Binti Munyah dan peminangan
dibuat melalui paman Rasulullah saw yaitu Abu Thalib. Keluarga terdekat Khadijah
binti Khuwailid tidak menyetujui rencana pernikahan ini. Namun Khadijah binti
Khuwailid sudah tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan sifat-sifat istimewa Rasulullah
saw ini, sehingga ia tidak memedulikan segala kritikan dan kecaman dari
keluarga dan kerabatnya.
Khadijah binti Khuwailid yang juga seorang yang cerdas,
mengenai ketertarikannya kepada Rasulullah saw dia mengatakan, “Jika segala
kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Persia dan
Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka semua itu
bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk.”
Sewaktu malaikat turun membawa wahyu kepada Rasulullah saw
maka Khadijah binti Khuwailid adalah orang pertama yang mengakui kenabian
suaminya, dan wanita pertama yang memeluk Islam. Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah
saw, Khadijah binti Khuwailid begitu setia menyertainya dalam setiap peristiwa
suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, ia pasti menyiapkan semua
perbekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah saw agak lama tidak pulang, Khadijah
binti Khuwailid akan melihat untuk memastikan keselamatan suaminya.
Sekiranya Rasulullah saw khusyuk bermunajat, Khadijah binti
Khuwailid tinggal di rumah dengan sabar sehingga Rasulullah saw pulang. Apabila
suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau coba
sekuat mungkin untuk mententram dan menghiburkan, sehingga suaminya benar-benar
merasai tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Allah
mengkaruniakannya 3 orang anak, yaitu Qasim, Abdullah, dan Fatimah.
Dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah saw, Khadijah
binti Khuwailid pasti bersama dan membantunya, seperti menyediakan air untuk
mengambil wudhu. Rasulullah saw menyebut keistimewaan terpenting Khadijah binti
Khuwailid dalam salah satu sabdanya, “Di saat semua orang mengusir dan
menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia
meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihku, ia menyerahkan seluruh
harta kekayaannya kepadaku.” Khadijah binti Khuwailid telah hidup bersama-sama Rasulullah
saw selama 24 tahun dan wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan.
Wafatnya Khadijah binti Khuwailid
Beberapa hari setelah pemboikotan, Abu Thalib
jatuh sakit, dan semua orang meyakini bahwa sakit kali ini merupakan akhir dan
hidupnya. Dalam keadaan seperti itu, Abu Sufjan dan Abu Jahal membujuk Abu
Thalib untuk menasehati Muhammad agar menghentikan dakwahnya, dan sebagai
gantinya adalah harta dan pangkat. Akan tetapi, Abu Thalib tidak bersedia, dan
dia mengetahui bahwa Rasulullah saw tidak akan bersedia menukar dakwahnya
dengan pangkat dan harta sepenuh dunia.
Abu Thalib meninggal pada tahun itu pula, maka
tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan
Rasulullah saw. Sebaliknya, orang-orang Quraisy sangat gembira atas kematian
Abu Thalib itu, karena mereka akan lebih leluasa mengintimidasi Rasulullah saw.
dan pengikutnya.
Pada tahun yang sama, Sayyidah Khadijah sakit
keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan karena pemboikotan
itu. Semakin hari, kondisi badannya semakin menurun, sehingga Rasulullah saw
semakin sedih. Bersama Khadijahlah Rasulullah saw. membangun kehidupan rumah
tangga yang bahagia. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia enam puluh
lima tahun, Khadijah meninggal, menyusul Abu Thalib. Khadijah dikuburkan di
dataran tinggi Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah saw.
sendiri yang mengurus jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang beliau
ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga
adalah Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”
0 komentar:
Posting Komentar